Udah lama banget gak berwisata sejarah nih. Mumpung lagi
di Jepang gak ada salahnya ‘kan wisata sejarah sejenak :D. Padahal kalau di
Indonesia wisata ke tempat bersejarah biasanya buat foto-foto doank, tapi ya
ini tetep ada foto-fotonya :p, sekalian belajar sejarah deh :D.
Jika para pembaca yang budiman sedang berada di Negara
Jepang, khususnya di Kota Toyohashi, Prefektur Aichi, gak ada salahnya untuk
mampir ke tempat ini. Tempat ini bernama Toyohashi
City è Futagawa Shuku Honjin Museum. Tiket masuk
dewasa seharga 400¥, sedangkan untuk student
cukup bayar 100¥ saja. Sejarah museum ini kurang lebih seperti ini: Selama Zaman
Edo (disebut juga awal zaman modern di Jepang), Tokaido merupakan rute
terpenting yang menghubungkan antara Kyoto-Osaka. Baik orang, barang dagangan,
maupun informasi melewati rute ini. Terdapat sekitar 53 stasiun peristirahatan
sepanjang rute Tokaido, nah Futugawa
Shuku merupakan stasiun peristirahatan ke-33 sepanjang rute ini. Di tempat
ini, kita bisa menikmati pengalaman perjalanan di zaman Edo dengan mengunjungi Honjin (tempat tinggal raja) dan Hatagoya (tempat tinggal orang biasa).
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, di museum
ini terdapat dua macam tempat tinggal, yang bernama Futagawa Shuku Honjin untuk para bangsawan dan Hatagoya “Seimeiya” untuk warga biasa. Dari 53 original Honjin, hanya tinggal dua yang tersisa,
salah satunya adalah Futagawa Shuku
Honjin ini. Sedangkan Hatagoya “Seimeiya”
terletak di sebelah timur Honjin. Di
tempat ini kita bisa melihat rumah jepang yang masih ‘asli’, berbagai macam peralatan
dapur yang digunakan, sumur, dsb. kita juga bisa menikmati Matcha (teh hijau tradisional Jepang), dan yang paling menarik
perhatian saya adalah kita bisa memakai pakaian tradisonal Jepang kimono maupun
yukata secara gratis :D.
Sekilas tentang Futagawa
Shuku Honjin dan Hatagoya “Seimeiya”
Beberapa peralatan dapur yang digunakan selama Zaman Edo
Untuk mencicipi matcha
alias green tea-nya plus ‘sweet’ alias cemilan yang manis-manis
karena untuk mengimbangi rasa si matcha yang super pahit (kalau saya pertama
kali nyeruput malah berasa amis >,<), tiap orang wajib membayar 300¥,
namun tidak setiap hari lho kita bisa menikmati upacara minum teh ini, karena
hanya hari-hari tertentu saja seperti hari Sabtu, Minggu, dan hari libur
(termasuk hari libur pengganti) pukul 10.30-16.00 saja kita bisa menikmatinya. Kalau
upacara minum teh beneran sih ribet, dari cara duduknya yang harus tegak dan menduduki
kedua kaki, seperti foto di bawah ini *tapi waktu itu gak ada upacara minum teh
beneran*:
Atas: ibu-ibu yang bawain seperangkat matcha & ‘sweet’, kiri bawah: cara meminum matcha duduk dengan tegak
sambil menegak mangkok, kanan bawah: si ‘sweet’ berupa semacam mochi
Yang paling menarik adalah saat kita bisa mencoba kimono
atau yukata, saya dan kakak saya lebih memilih kimono karena jaraaannnggg
banget bisa pake kimono gretongan :p, coz
biasanya kimono digunakan untuk acara-acara tertentu yang biaya sewanya bisa
mencapai jutaan rupiah tergantung dari corak, warna, maupun keperluan pemakaiannya.
Perbedaan yukata dan kimono terletak dari banyaknya lapisan kain. Yukata hanya
terdiri dari satu lapis kain, sedangkan kimono bisa berlapis-lapis antara 5
sampai 7 lapis. Selain itu pemakaian kimono juga lebih ribet (bahkan ibu-ibu
yang mbantu pake kimono ampe kepanasan sendiri :p). Yang jelas, setelah kita “minjem’
kimono buat dipakai, kita bisa muter-muter seluruh area museum dengan memakai kimono
tersebut sambil foto-foto di tiap spot
yang unik dan oke punya :).
Berbagai macam yukata dan
seperangkat aksesoris kimono maupun yukata
Pakai kimono dibantuin ibu-ibu yang malah
kepanasan sendiri waktu makein :p
Berfoto di berbagai macam spot museum
2 comments:
mantap infonya.. kapan ya saya bisa ke jepang..
www.kiostiket.com
makasih kaka' sdh mampir :). Diniatkan dan diusahakan pasti bisa :D
Post a Comment