Jun Ladies Clinic |
Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi cerita
mengenai rumah sakit bersalin di Jepang, khususnya di Kota Toyohashi, Prefektur
Aichi. Rumah sakit ini bernama: Jun
Ladies Clinic. Di negara Jepang, bagi wanita yang akan melahirkan pasti
mendapatkan subsidi dari pemerintah. Banyaknya dana tersebut sebesar 420000¥
(empat ratus dua puluh ribu yen รจ satu yen setara 100 rupiah). Dana subsidi itu sendiri
bisa nombok (membayar kekurangan dengan
dana pribadi) tapi bisa juga malah sisa, hal ini bergantung dari jenis rumah
sakit maupun klinik yang dipilih. Sementara Jun
Ladies Clinic termasuk dalam kelas “bagus”, sehingga biasanya nomboki. Mengapa
pemerintah Jepang begitu murah hatinya membiayai biaya untuk bersalin ini? Alasan
salah satunya “mungkin” untuk menarik minat orang Jepang supaya punya anak dikarena
angka kelahiran di Jepang yang bisa dibilang cukup rendah. Alasan orang Jepang
malas punya anak coz biaya hidup di
Jepang yang sangat tinggi (salah satunya biaya pendidikan). *Lah udah disubsidi
aja angka pertumbuhan penduduknya masih rendah, apalagi kalo gak disubsidi.... :O*.
Selain itu dengan adanya subsidi dari pemerintah bisa “membantu” keluarga di
Jepang dikarenakan memang biaya melahirkan yang tinggi, baik melahirkan secara
normal maupun caesar.
Oke baiklah, kesempatan berkunjung ke Jun Ladies Clinic dikarenakan kakak saya
yang melahirkan di tempat ini. Beberapa hal yang unik di tempat ini antara lain
(sepertinya berlaku pula di beberapa rumah sakit bersalin di daerah lain):
1.
Timbangan bayi untuk
memantau perkembangan bayi, yang diletakkan di luar kamar
Timbangan bayi ini sengaja diletakkan di luar kamar
(terpusat di satu tempat), fungsinya untuk memantau perkembangan bayi dalam
hal minum susunya apakah normal atau tidak. Setiap tiga jam, yaitu pukul 10,
13, 16, dst merupakan jadwal minum si bayi, baik ASI maupun susu formula. Jika
yang dipergunakan susu formula, maka tinggal ditulis berapa ml susu yang bisa
dihabiskan si bayi. Sedangkan kalau pake ASI, kita ‘kan gak tahu jumlah ml ASI
yang diminum si bayi, maka sebelum dan sesudah minum ASI si bayi ditimbang
berat badannya. Selisih berat badan sebelum dan sesudah minum ASI-lah yang jadi
patokannya :). (Wah, kalo di sinetron Indonesia, data kayak gini bisa dengan
mudah dimanipulasi tuh ma peran antagonis *korban sinetron >,<)
2.
Setelah makan,
nampan berisi piring dan gelas kosong diletakkan di luar kamar
Berprinsip kemandirian, setiap ibu yang sudah selesai
makan, nampan berisi piring, sendok, dan gelas yang sudah tidak dipakai diletakkan
sendiri ke rak khusus di luar kamar (buat kegiatan si ibu juga selain di dalam
kamar bisa jalan-jalan bentar ke luar kamar :D)
Rak tempat meletakkan nampan berisi piring, gelas yang sudah tidak dipakai |
3.
Kasur lipat/ futon (baca futong)
Bagi penjaga si ibu / additional
person atau keluarga yang nginep menemani si ibu disediakan futon alias kasur lipat (kayak di film Doraemon, si dora tidur di dalem lemari) yang diletakkan di dalam lemari, jadi
kalau mau dipakai tinggal digelar di karpet kamar.
Futon yang diletakkan di dalam lemari |
4.
Dinner spesial
bareng suami
Di hari terakhir sebelum si ibu pulang ke rumah
disediakan dinner spesial bareng suami yang bisa dibilang jatahnya bukan cuma buat dua
orang tapi mungkin bisa buat tiga sampai empat orang (banyak banget makanannya
>,< yang penting saya dapet jatah :p)
Menu dinner yang cukup buanyak |
5.
Foto keluarga
0 comments:
Post a Comment