Lanjutan....(Ending)
Bahan mentah berupa koro pedang putih dilakukan
perendaman sebanyak 2x, perendaman pertama berfungsi untuk memudahkan dalam
pengupasan kulit, sedangkan perendaman kedua berfungsi untuk melunakkan tekstur
koro pedang putih serta mengurangi kadar HCN di dalam bahan*.
Ukuran koro pedang putih putih yang cukup besar (jika
dibandingkan dengan kedelai), dilakukan penghancuran menggunakan blender, kemudian diayak menggunakan ayakan komersial berdiameter lubang 5,5 mm
sehingga diperoleh hasil koro pedang putih hancur, sebagai berikut:
Setelah diperoleh koro pedang putih hancur dan seluruh tahapan persiapan media selesai*, kemudian dilanjutkan ke tahapan utama, yaitu proses pembuatan miso koro pedang putih/ fermentasi koro pedang putih. Dalam penelitian ini, digunakan starter Aspergillus oryzae dan yeast Zigosaccharomyces rouxii. Proses pematangan atau fermentasi dilakukan selama kurang lebih 1 bulan (35 hari).
Pengujian yang dilakukan antara lain, analisa bilangan
formol menggunakan metode titrasi formol, analisa pH menggunakan pH meter,
analisa warna menggunakan Chromameter, serta
uji organoleptik meliputi uji kesukaan dan uji pembedaan/ differensial terhadap produk
miso dalam sampel miso shiru/ sup miso.
Berikut merupakan foto-foto selama penelitian:
Berikut merupakan foto-foto selama penelitian:
Salah satu sampel miso koro pedang putih setelah
fermentasi 35 hari
|
Nori dan daun bawang untuk percobaan pembuatan misoshiru |
Kiri atas & bawah: misoshiru koro pedang putih, kanan
atas: misoshiru kedelai (komersial) |
Para panelis uji organoleptik
|
Salah seorang panelis sedang melakukan pengujian |
*untuk keterangan dan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi penulis :)
Maaf
apabila pada ulasan The Journey of My Miso part 3 ini tidak sejelas dan segamblang 2
edisi sebelumnya, maka dari itu apabila ada hal yang ingin ditanyakan atau didiskusikan, mari saling berbagi
informasi. Terima
kasih :)
0 comments:
Post a Comment