Sekarang hari Kamis, berarti sudah empat hari ini aku
bekerja mati-matian menyelesaikan draft skripsiku yang harus dikumpulkan hari Jumat,
dan itu adalah esok hari. Tapi di tengah perjalananku menyelesaikan draft ini, tiba-tiba
pikiranku mendadak kacau, terutama karena aku baru saja mendengar kabar bahwa
tanggal maksimal nilai masuk maju satu minggu dari jadwal semula, dan ditambah
lagi ada bagian pembahasan yang masih belum kukuasai betul sehingga untuk menuangkan
alasan kenapa begini kenapa begitu masih berputar-putar di otakku. Fiuuhhh...lelah
rasanya memikirkan semua ini sendiri. Di saat aku butuh suntikan semangat dari
teman-temanku, ternyata mereka juga sama pusingnya denganku. Hmmm..”lil bit
disappoint :(”, kupikir. Akhirnya kuputuskan untuk merebahkan raga dan
jiwa yang lelah ini sejenak, siapa tahu setelah bangun nanti ada energi baru
yang bakal muncul.
Beberapa waktu berlalu, tiba-tiba aku terbangun dengan pikiran
cemerlang tentang alasan pembahasan yang sempat tertunda tadi. “Alhamdulillah....”.
Langsung kubuka laptop dan menulis semua apa yang ada dipikiranku. Bab 1-5
sudah selesai, besok akan segera kukumpulkan ke dosen pembimbingku. Malam ini
pun aku lalui dengan perasaan sedikit tenang. Aku berniat esok berangkat awal
untuk segera bertemu dosen pembimbingku dan menyerahkan draft skripsiku.
Keesokan harinya, sekitar pukul 08.30 aku sudah
berpakaian dan berdandan rapi untuk segera ke kampus dan bertemu Bu dosen untuk
menyerahkan draft skripsiku. Sebelumnya aku sudah sms Bu dosen (Bu R) untuk
janjian bertemu. Sesampai di kampus,
kutengok isi handphoneku apakah sudah
ada sms masuk dari Bu R atau belum, dan ternyata balum ada balasan. Ya sudah,
langsung saja kuhampiri ruangan Bu R di lantai 3, siapa tahu Bu R sudah standby di ruangan beliau. Dan ternyata
saat aku tepat berdiri di depan pintu ruangan Bu R, terlihat pintu ruangan yang
tergembok “Biasanya kan gak digembok, wah, jangan-jangan si Ibu gak ngampus
hari ini”, kataku di dalam hati. Hmmm...untuk menenangkan hati ini, akhirnya
kuputuskan untuk menunggu balasan sms dari Bu R. Segeralah aku beranjak dari depan
ruangan Bu R menuju selasar di lantai 3 (tempat yang nyaman buat nunggu dosen).
Di sana, ternyata ada Arfi dan Fiona yang juga sedang menunggu. Mengobrollah kami
tentang kapan rencana ujian dan seputarannya. Aku yang lagi galau menunggu sms
dari Bu R, lalu Fiona bertanya, “Lha kalo Bu A gimana Rahaj?”. Oiya aku lupa
sms Bu A kalau aku mau menyerahkan draft ke Bu A juga. Akhirnya ku sms Bu A. Bu
A yang tidak mesti selalu membalas sms dari mahasiswanya, kali itu langsung
membalas sms dariku. “Letakkan di loker saya saja”. Lalu kubalas, “Baik Bu”. Dan
beberapa saat kemudian, Bu A sms lagi “Kapan rencana ujian?”. Wow, aku sempat
kaget waktu di sms seperti ini. Karena dulu sebelum seminar lab, Bu R pernah
bilang kalau kira-kira jadwal ujian bisa tanggal 10 atau 11 Oktober, jadi aku
langsung sms Bu A kalau rencana ujian sekitar
hari rabu atau kamis (tanggal 10 atau 11). Oke sip, rasanya hati semakin tenang karena Bu
A sudah mengiyakan jadwal ujian hari kamis pukul 14.00 atau lebih. “Sekarang
tinggal menunggu keputusan dari Bu R”, pikirku. Beberapa jam telah berlalu dan
sms dari Bu R yang kutunggu-tunggu sejak pagi tadi tidak muncul juga. Sekarang sudah
jam 3, dan ini hari Jum’at, berarti jam kerja sudah selesai. Segera kuambil
keputusan untuk menelpon Bu R. Di dalam pikiranku adalah apapun harus aku
lakukan agar draft ini sampai ke tangan Bu R supaya bisa segera dikoreksi dan
bisa segera menentukan jadwal ujian.
“Tuutt...tuuutt...tuutt”. “Halo..selamat siang Bu”,
kuawali percakapan via telpon dengan Bu R. Awalnya kuceritakan kondisi tentang
jadwal nilai akhir masuk yang maju seminggu dar jadwal semula, lalu tentang
keinginanku untuk menyerahkan draft yang sudah kubuat sepenuh jiwa ragaku. Niatku
sebenarnya ingin ke rumah Bu R untuk menyerahkan langsung draftku ini, sampai si
Ibu berkata, “Lha berarti kamu memaksa dosen untuk bekerja di akhir pekan?”.
Ooopss, aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi sejak Bu R bilang begitu. Dan
akhirnya Bu R menyuruhku untuk meletakkan draftku di lokernya supaya bisa
diambil hari Seninnya.
Fiuuhhh, hari yag cukup berat buatku, sesampainya di
rumah, langsung kuceritakan semuanya ke Ibuku. Di tengah cerita kegalauan
seputar jadwal ujian yang belum pasti, ternyata air mata ini sudah tak bisa
kubendung lagi.....dengan penuh kesabaran Ibuku menenangkan diriku dan
mengatakan, “Yang sabar nak, yang penting terus dicoba, tinggal menyerahkan semuanya
ke Allah. Yang terbaik buatmu yaa..”. Setelah semua keluh kesah kuungkapkan,
rasanya sedikit lega. Dari situ aku ambil hikmahnya, “Bu R baru ambil draftku
hari Senin, sekarang masih hari Sabtu, berarti aku masih ada kesempatan buat
meminimalisir revisi dari Bu R setelah baca draftku besok Senin”. Akhirnya
kuputuskan untuk menggunakan weekend buat
menyempurnakan draft yang ‘setengah matang’ ini lalu hari Senin aku harus sudah
memasukkan draftku ini ke loker Bu R sebelum Bu R mengambilnya. Perfect! Good plan! Yak seharian di hari
Minggu itu benar-benar kugunakan waktu buat menyelesaikan hal-hal kecil yang
kurang seperti, tambahan tinjauan pustaka, judul tabel, judul gambar, hmm
ternyata banyak juga yaa..mungkin memang ini jalanku disuruh membenahi hal-hal
yang kelihatannya kecil seperti ini tapi cukup krusial. Oke deh, semakin
semangat aku mengerjakan hal-hal ini, sampai tidak terasa waktu sudah
menunjukkan pukul 01.10 am. Dan tiba-tiba saja di tengah aku mengerjakan ini
itu “PET” Laptop Toshiba kesayanganku mati!! Gelap semuanya. Saat akan
kunyalakan lagi, tetap gelap, tidak ada display
apapun. “Argghhh...kenapa tiba-tiba mati gini, padahal semua yang aku
kerjakan tadi cuma disimpen di laptop ini, dan laptopnya gak mau nyala..!!!”
Marah-marah tidak menyelesaikan masalah, dan akhirnya kuputuskan untuk
memejamkan mata walaupun sebenarnya saat itu aku sama sekali tidak mengantuk,
yah berharap saat aku membuka mata di keesokan harinya si laptop sudah baikan
lagi.
Pagi
harinya langsung kubergegas menyalakan laptopku lagi dan ternayata hasilnya
masih sama, gelaaapppp!! Sudahlah, apa adanya saja yang aku kumpulin, toh ini
juga sudah jam setengah 6, dan aku harus ke kampus sebelum Bu R membuka
lokernya.
Setelah draft
apaadanyasamasepertiharijumatyangseharusnyamemangdikumpulhariitu kumasukkan ke
loker Bu R, aku sudah gak bisa apa-apa lagi selain menunggu kabar dari Ibu
dosen. Untung hari itu juga ada usen Ledy, jadi kalaupun tiba-tiba Bu R
mengabari, aku sudah standby di
kampus tanpa ‘geje’ melakukan sesuatu. Dan diluar dugaan, yang kemungkinan Bu R
baru mengabari esok harinya, eh sekitar pukul 12 siang sudah ada sms dari Bu R.
Bu R : Sepintas
sy sdh lht draft skripsi
1 blm ada abstrak, daftar isi, daftar gambar, tabel
2 tdk ada no hal
3 gambar tidak berjudul
4 bab 2:.....
A : iya baik
Bu. Segera saya tambahkan, besok saya kumpulkan lagi Bu. Terima kasih
Bu R : Siapa yang
kamu pilih jd penguji?
A : Mungkin
Bu T blablabla.....dst
Si Bu R sudah memberi jadwal, dan anehnya sekarang malah aku
yang merasa kewalahan karena berarti ujian akan dilangsungkan beberapa hari
lagi, aku merasa belum siap. Segera aku telpon Ibuku untuk meminta saran. Dan tentu
saja Ibuku berkata untuk langsung menerima hal itu, karena kesempatan tidak
datang dua kali. Ok. Segera setelah meminta saran ini itu ke beberapa orang,
langsunglah kutemui dosen penguji Bu X dan Bu X untuk mengatur jadwal ujian. Ternyata
kedua dosen tersebut sibuk. Uupss, ada yang terlupa, Bu A justru belum aku
tanyai lagi apakah beliau bisa menguji di hari kamisnya. Cuss, langsung kutemui
Bu A untuk menge-fix-kan jadwal ujian. Setelah mengobrol panjang lebar dengan
Bu A dan Bu R (via lisan maupun tulisan/ sms), akhirnya tidak ada kesesuaian
jadwal dari kedua dosen tersebut. Fiuuhhh,, kalaupun ada kesesuaian jadwal, itu
sudah di luar jadwal ujian terakhir yang telah ditetapkan oleh fakultas. Dan
akhirnya dengan penuh penyesalan aku gak bisa ikut wisuda November.
Hari berikutnya aku benar-benar berasa seperti orang
linglung yang gak punya semangat untuk menjalani hari. Seharian itu aku benar-benar
hanya makan-tidur-nonton tv-geje abis pokoknya. Hal ini akibat keputusan tidak
jadi wisuda November itu. Untungnya hari berikutnya semangatku sudah pulih
kembali, di samping karena hari itu aku harus bertemu Bu R untuk diskusi draft
yang sudah kumasukkan, toh berlarut-larut dalam kesedihan juga gak akan
membaikkan keadaan. Yak, pukul 09.00 aku janji bertemu Bu dosen, dan dengan
langkah tegap, aku sudah siap menerima segala masukan dari Ibu dosen. Sekitar
satu jam aku berdiskusi dengan Bu dosen, dan rasanya setelah keluar dari ruang
Ibunya adalah: LEGAAAAAAA. Pertama karena aku udah merasa ikhlas atas ketetapan
yang terjadi, kedua aku masih dikasih kesempatan ma Allah buat lebih prepare lagi, dan ketiga karena Bu R
walaupun perfeksionis, justru bisa ‘menggembleng’ aku untuk melakukan yang
terbaik. Ya semua itu buat kebaikanku gitu.
Aku semakin yakin bahwa Allah memberikan jalan ini ketika
aku akan turun untuk melaksanakan sholat zuhur seusai bertemu dengan Bu R. Di dekat
lift, aku bertemu Bu A, dan Bu A meminta maaf ternyata sms Bu A ke aku gak
masuk di handphone-ku dan report bahwa smsnya tidak masuk baru
sampai siang ini. Dan ternyata jadwal Bu A untuk ujian esok harinya bisa. Fiuhh..lantas
aku berpikir, “Coba kalau sms Bu A sampainya sebelum aku ketemu Bu R, pasti
waktu aku ketemu Bu R langsung aku ceritakan tentang jadwal ujian yang bakal
dilangsungkan besok. Dan pastinya lagi aku akan bakal double stress dari sebelumnya karena ujian akan dilangsungkan esok
hari, sementara persiapanku hanya sebatas ‘begini’ saja”.
Alhamdulillah, aku hanya bisa berucap syukur dan syukur tiada
henti atas semua yang terjadi.
“Saat kita berdoa memohon apa yang kita
inginkan, Allah akan memberikan bukan sekedar apa yang kita inginkan, tapi apa
yang kita butuhkan”
~~ Sebuah cerpen
curahan hati seorang mahasiswa tingkat akhir ~~